Minggu, 30 Desember 2012

Soto Tugu


Aktivitas malam adalah nirvana anak muda, yang bebas berkelana mencari apapun untuk mengemas maknanya. Semakin hari semakin ramai, semakin malam semakin padat, bukan  hanya cafe dan diskotik yang menjadi riuh lewat tengah malam, warung makan sederhana yang 75% beratap langit, menjadi situs tak kalah untuk di adu. Tempat ini bukan hanya berfungsi sebagai pengobat lapar saja, bisa menjadi tempat gaul, tempat wisata, atau tempat unik yang wajib ulik. Siapa yang menolak untuk berkunjung ke Yogyakarta, berlibur, tinggal sementara, ataupun memilih domisili sebagai tempat tinggal hingga ber-anak cucu. Kulineria hidangkan cerita disini, letaknya sebelah utara tugu Jogja, jika kita menghadap ke utara, berjalan 20 meter kedepan, warung soto akan lebih mudah di jumpai tepat jalan ke barat dari pom bensin sebelah kanan kita, apalagi jika sudah melihat papan jalan kranggan, secara konstan akan menemukan sendiri dimana warung tersebut berada. Tanpa lampu yang kerlap-kerlip ataupun papan nama yang dipampang besar, tempatnya bukan bangunan permanen hanya tarub yang sederhana, tempat makan lesehan dengan menu lokal, nyaman ataupun tak nyaman karena bisa saja sepi seketika saat hujan turun, tapi tempat ini begitu ramai dan favorit, warung soto dengan banyak sebutan, bisa soto tugu, soto kranggan, soto sampah, soto mak’e ataupun soto simbok. Bagiku, soto ini tak beda fungsinya dengan telepon seluler maupun internet, yaitu sama-sama bagian dari hidup.
Penjualnya sudah begitu akrap, menyapa dengan pertanyaan yang basa-basi namun tetap mengena, “apa kabar, lama tak kelihatan, sekarang sibuk apa?”, memang sudah seperti saudara, jika aku membuat kode pesanan “seperti biasa” mereka sudah paham, statusku bisa dikata pelanggan setia, dimana pelanggan akan dilayani spesial, bisa diantar langsung sementara kita tinggal duduk memilih tempat lesehan, untuk yang lain harus antri berderet deret, memang rasanya seperti tidak adil, keakraban memang dapat menjadikan segala suasana berjalan cepat dan lancar, pepatah selalu bijak, tak kenal maka tak sayang, tapi yang jelas hal semacam ini tidak akan pernah menjadi masalah. Penikmatnya bermacam-macam, dari mahasiswa, wisatawan, dari style celana pendek dan sandal jepit sampai wanita wangi mengenakan dress beserta mobil mewah. Panorama yang jarang di dapat, manusia dengan setelen yang beragam berada pada satu tempat, yang tujuannya tak lain ialah menikmati soto dalam piring, jika mereka datang untuk urusan soto, mereka adalah orang-orang yang cerdas dalam selera. Minumnya ditawarkan dengan teh, jeruk, dan kopi, baik es maupun hangat, sebagai pelengkap aneka gorengan dan lauk disaji, ada juga nasi rames dan porsi jumbo.
Aku selalu merindukan keistimewaan-nya, warung soto turut serta mentatah sejarah kecil, tempat menikmati malam episode cinta ketika kasmaran, menikmati yang tersaji dan bercerita masa depan yang indah-indah, tempat bangkitkan semangat bersama teman karib, leluasa bercanda dan berlama-lama dalam cerita. Kadang sering pula karena saking ingin mencicipinya, aku nekat makan soto dengan membayar kurang bahkan utang. Rindu dengan soto menjadi rindu dengan kekasih, karib, kangen dengan lapis masa. Melihat orang-orang lain yang asik makan mewakili perasaan tentang jogja. Disana sebagai tempat hiburan alami malam yang damai, hilang duka di nikmat soto, kebahagiaan dari warung soto. Karena telah menjadi spesial dan favorit maka recommended untuk orang yang kita sayangi. Siapapun siapa saja akan tampil sebagai advert jika telah mengakui nikmatnya. Terima kasih Jogjakarta Istimewa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar