Aktivitas malam
adalah nirvana anak muda, yang bebas berkelana mencari apapun untuk mengemas
maknanya. Semakin hari semakin ramai, semakin malam semakin padat, bukan hanya cafe dan diskotik yang menjadi riuh lewat
tengah malam, warung makan sederhana yang 75% beratap langit, menjadi situs tak
kalah untuk di adu. Tempat ini bukan hanya berfungsi sebagai pengobat lapar
saja, bisa menjadi tempat gaul, tempat wisata, atau tempat unik yang wajib
ulik. Siapa yang menolak untuk berkunjung ke Yogyakarta, berlibur, tinggal
sementara, ataupun memilih domisili sebagai tempat tinggal hingga ber-anak cucu.
Kulineria hidangkan cerita disini, letaknya sebelah utara tugu Jogja, jika kita
menghadap ke utara, berjalan 20 meter kedepan, warung soto akan lebih mudah di
jumpai tepat jalan ke barat dari pom bensin sebelah kanan kita, apalagi jika
sudah melihat papan jalan kranggan, secara konstan akan menemukan sendiri
dimana warung tersebut berada. Tanpa lampu yang kerlap-kerlip ataupun papan
nama yang dipampang besar, tempatnya bukan bangunan permanen hanya tarub yang
sederhana, tempat makan lesehan dengan menu lokal, nyaman ataupun tak nyaman karena
bisa saja sepi seketika saat hujan turun, tapi tempat ini begitu ramai dan
favorit, warung soto dengan banyak sebutan, bisa soto tugu, soto kranggan, soto
sampah, soto mak’e ataupun soto simbok. Bagiku, soto ini tak beda fungsinya
dengan telepon seluler maupun internet, yaitu sama-sama bagian dari hidup.
Penjualnya sudah
begitu akrap, menyapa dengan pertanyaan yang basa-basi namun tetap mengena, “apa
kabar, lama tak kelihatan, sekarang sibuk apa?”, memang sudah seperti saudara, jika
aku membuat kode pesanan “seperti biasa” mereka sudah paham, statusku bisa
dikata pelanggan setia, dimana pelanggan akan dilayani spesial, bisa diantar
langsung sementara kita tinggal duduk memilih tempat lesehan, untuk yang lain harus
antri berderet deret, memang rasanya seperti tidak adil, keakraban memang dapat
menjadikan segala suasana berjalan cepat dan lancar, pepatah selalu bijak, tak
kenal maka tak sayang, tapi yang jelas hal semacam ini tidak akan pernah
menjadi masalah. Penikmatnya bermacam-macam, dari mahasiswa, wisatawan, dari
style celana pendek dan sandal jepit sampai wanita wangi mengenakan dress beserta
mobil mewah. Panorama yang jarang di dapat, manusia dengan setelen yang beragam
berada pada satu tempat, yang tujuannya tak lain ialah menikmati soto dalam
piring, jika mereka datang untuk urusan soto, mereka adalah orang-orang yang
cerdas dalam selera. Minumnya ditawarkan dengan teh, jeruk, dan kopi, baik es
maupun hangat, sebagai pelengkap aneka gorengan dan lauk disaji, ada juga nasi
rames dan porsi jumbo.
Aku selalu
merindukan keistimewaan-nya, warung soto turut serta mentatah sejarah kecil,
tempat menikmati malam episode cinta ketika kasmaran, menikmati yang tersaji
dan bercerita masa depan yang indah-indah, tempat bangkitkan semangat bersama teman
karib, leluasa bercanda dan berlama-lama dalam cerita. Kadang sering pula karena
saking ingin mencicipinya, aku nekat makan soto dengan membayar kurang bahkan
utang. Rindu dengan soto menjadi rindu dengan kekasih, karib, kangen dengan
lapis masa. Melihat orang-orang lain yang asik makan mewakili perasaan tentang
jogja. Disana sebagai tempat hiburan alami malam yang damai, hilang duka di
nikmat soto, kebahagiaan dari warung soto. Karena telah menjadi spesial dan
favorit maka recommended untuk orang yang kita sayangi. Siapapun siapa saja
akan tampil sebagai advert jika telah mengakui nikmatnya. Terima kasih
Jogjakarta Istimewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar