Jumat, 05 Juni 2015

Pengantar Sesat Perahu Napas


Barang seminggu banyak menghabiskan waktu bareng mas Rabu. Yoi! kami bermaksud menggelar acara bertajuk "Peluncuran & Bincang Buku "Perahu Napas" karya Rabu Pagisyahbana, 15.30, 8/6/15 di Warung Ngopi Bjong". Secuil malam kami neng-nengan (saling diam). Sebenernya bakal acara macam apa kita ini ? Gaya-gayaan kah, mungkinkah sastra? Sastra underground gitu? Ternyata mas Rabu sudah tertidur, dimabuk konsep.

Hoyai ini update pengakuan, jujur saya tidak bisa menikmati (membaca) puisi mas Rabu, ini teks tidak enak dibaca, namun di lain hal, ketika mas Rabu mendapat kesempatan membacakan puisinya, anehnya saya dapat menikmati, apa ini berarti puisi hadir sepaket dengan penulisnya?. Cukup bernyawa ketika teksnya di hadirkan bersama musik, ada dari kelompok musik Kopibasi, cek lagu 'Doa Ketika Bepergian' yang pada kemudian secara tidak sadar telah menjadi lagu bersama sebuah komunitas yang ia giatkan, yaitu: ngopinyastro, ada judul lain seperti 'Ayun Kapak Bapak' yang memang lebih enak hadir bersama musik. Belum cukup itu, di kubangan lain tepatnya di Komunitas Sanggar terkam 28, puisinya juga hadir dalam lagu, judulnya 'perahu napas' garapan Bawah Tangga. Bolehlah kalau bilang puisi-puisi rabu merupakan barang setengah jadi, untuk di olah siapapun. Puisimu kayak kain ya kangmas.

Saya menganggap kekayaan yang dimiliki mas Rabu sebagai penyair adalah berbagai bentuk apresiasi dari teman-teman seputaran lingkarannya. Yohow! Ini sebenernya yang baik untuk diketahui. Secara pribadis, mas Rabu lumayan nyeniman, kemana-mana berjalan kaki, kadang temen-teman merasa memelas, padahal aslinya justru mas rabu yang memelas dengan kita, masalah bagaimana kita memperlakukan diri kepada kendaraan misalnya. Jadi benar adanya kalau beliau merepotkan banyak orang, celakanya teman-teman merasa tak pernah direpotkan. Puisinya seolah mampu menghipnotis laku kita kepada kepribadiannya. Dengan kondisi seperti ini mungkin benar kalau aura karyanya kuat.

Di wilayah komunitas Ngopinyastro bentukannya bersama Akid, FJ Kunting dan teman-teman, barangkali rabu adalah yang terhormat, oleh sebab sikap secara personal, puisi, diskusi, juga panggung, oh ketambahan "karya rabu memiliki kedekatan emosional dengan orang disekitarnya, inilah yang menjadikan karyanya lumayan diapresiasi. Di pelacuran puisimu nanti ijinkan saya mengajak orang-orang lain untuk turut mengapresiasi. Inilah kerja tiga tahun mas rabu yang sesungguhnya belum jelas hasilnya. Pada kesempatan ini, di gelaran puisi kita menghadirkan banyak pihak mas!!!! bersiaplah untuk berjumpa dengan segala kemungkinan, yang tidak jelas atau terburuk sekalipun. Hormat untuk kangmas.

 -Maulana Ilham Al-Anshory-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar