Sabtu, 03 November 2012

CERITA KAMI , MAHASISWA YOGYAKARTA



Karena takdir telah tersebab, dari sebab apapun itu, kenyataan-kenyataan mungkin memang diawali dari mimpi, kita pernah terbayang-bayang tentang kota gudeg, daerah kepatihan, tempat berteduh, dengan nuansa lemah lembut, dan sapa ramah. Sejuk, nyaman, damai, aman, dan tentram. Kota ini memang dikenal seantero Nusantara, rindu-rindu pernah terselip disana, bagi siapapun yang pernah menapaki kakinya, fase-fase menjinjing dan memikul, bersama, berkarya dan berbudaya, tidak akan pernah habis, dan tidak akan pernah habis...wahai....kota kita Yogyakarta.

Kita pernah bertekenalan di kampus, saling berbincang di acara pameran, bertegur sapa di gang-gang, tempat wisata dan kost, mengenal cinta pada sapa komunitas, di butik, dan kedai kopi, pergelaran tari yang mengherankan antara aku dan kamu, disini kita memang diwajibkan untuk menuntut ilmu, kuliah, datang ke kampus duduk, dan membaca, mengerjakan tugas yang begitu luhur, karena  kita dikenal di kampung-kampung tempat lahir kita, bahwa kita adalah orang yang terpelajar. Memang sedemikian, Jogja adalah sebuah penghormatan dan kebanggaan. Setiap waktu dimanapun kita berada, di kota ini memang kita menemukan pendidikan secara langsung, setiap kabar berita ada di depan mata kita.

Aku tengok tahun-tahun kebelakang, hingga menepis ketidakpercayaan, bahwa memang semua sudah menjadi seperti ini, ternyata kita memang mahasiswa sibuk, mahasiswa yang sibuk dengan urusan diluar kampus. Rekamlah!! aktivitas satu jengkal langkah kita menuju ke barat, mereka kawan kita bermusik, mensyairkan lagu-lagu tentang keberadaan kita, tidak jauh untuk sebuah kritik, urusan logis-nya tentang kenyataan., Tangan-tangan bertepuk menyulap kita ke ruang pameran, astaga!!!! Keindahan hati manusia terlukis disini... satu lukisan sejuta cerita, menaungi ketulusan dan keajaiban. Dimana langkah beta akan mengalir, keringat-keringat dan ekspresi dalam koridor yang berisi darah dan salju, kita akan bersandiwara menjadi lakon dan musuh, sampai titik-titik DNA kita tersebar dalam pamplet-pamplet dan mural di tepian tembok kota, segala-galanya adalah keindahan yang luar biasa.

Waktu-waktu kita berdomisili dan tersebar. Lalu kita dipertemukan Tuhan, kita berkumkumpul bersama, berbincang-bincang tentang  cinta,  kita tertawa dan terharu, mengenang tahun-tahun awal di kota ini. Dan kita saling merenungi “ masih layak-kah kita disebut mahasiswa, dengan dengan wajah yang seperti ini?”

Namun, ini yang akan kami sampaikan keada orang tua, dan saudara-saudara di kampung, pembelajaran kami setiap hari, setiap yang yang di depan mata kita, materi-materi kita adalah keberadaan udara, kita juga mengalami pengenalan, kesibukan, kegoyahan, dan perenungan, untuk tetap belajar dan melanjutkan perjalanan hidup, mungkin nama mahasiswa kami akan berevolusi menjadi merek-merek kaos dan stempel album. Kami sangat merindukan ayah-bunda, membayangkan masa depan yang gemilang, dan menelusuri seluk beluk pemberitaan koran dan televisi. Kami selalu berusaha untuk membahagiakan. karena Yogyakarta-lah yang  turut serta berpengaruh terhadap pembentukan karakter kita.
Bukan tentang kesalahan, karena takdir telah tersebab. Terima kasih segala-gala-nya...... Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar