BenedictusArioma Winasto / Koplo
Magelang, 10
januari 1983
Kediamannya di daerah selokan mataram Jogja, diantara barisan komplek warung
kopi dan tempat nongkrong kebanyakan dijumpai mahasiswa. Siapapun yang
berkunjung akan betah berlama-lama disana. Mereka akan dimanjakan semacam mini
galeri, lukisan, flash tattoo, karya instalasi, dan berbagai barang seni, nuansanya
khas dengan pesan dan visual budaya jawa. Warung kopi sekaligus studio tato, tempatnya
bernama Rejeki tato.
Mengenal tato
karena ketidaksengajaan-nya menemukan alat gambar dengan media kulit. Apalagi dibekali
dengan basic-nya di dunia seni rupa, meskipun dia tidak pernah mengenyam
pendidikan berbasis seni atau institusi seni. Sebelum mengenal dunia tattoo dia
berkecimpung di bidang airbrush. Untuk pertama
kali mengenal dunia tato, terhitung sejak tahun 2005. Pada tahun 2008 dia memutuskan
untuk serius menekuni tato, walau saat
itu masih berupa home studio dan berbekal dengan alatseadanya. Akhirnya dia
membangun studio sendiri pada tahun 2010. Untuk teknis tato sendiri banyak
belajar dari pak Penk (DR. Gep X) dia juga
belajar tentang manajemen studio tato dari Dimas (Carpe Diem Tattoo) dan Munir
Kustanto (Toxic Tattoo Park).
Rio Koplo, dia
adalah pribadi yang menyenangkan, profesional, dan humoris. Maka tidak heran
jika dia memiliki banyak teman dari segmen yang bermacam, mulai dari client,
komunitas motor, komunitas kampus, dan pengusaha muda. Si pecandu kelir ini
adalah pribadi yang tidak pernah lelah untuk belajar dan berusaha terus mengeksplor
semua potensi yang dimilikinya. Karena menurut dia “proses pembelajaran adalah
proses seumur hidup”. Setiap detik adalah proses pembelajaran, baik pembelajaran
tentang hidup maupun pembelajaran untuk menciptakan sebuah karya yang lebih
baik.
beragam
aktifitasnya meliput bidang kesenian. Ketertarikan dia dalam seni tato adalah realist, kultur
jawa, dan kartun. Jika berbincang mengenai harga tato, “seni itu boleh di
miliki oleh siapapun dan dinikmati siapapun, jadi harga tato di rejeki tato
dapat di nego, selagi masih dalam kewajar-an”. Menurut pendapatnya tentang kondisi tato saat ini “tato
berkembang begitu pesat, namun yang disayangkan adalah banyak yang menyikapinya
dari persepektif industri, banyak yang hanya berpikir tentang apresiasi client,
sehingga melupakan substansi dari seni yang sebenarnya, yaitu estetika seni.
Belajar sampai merdeka!!!
Tattoo Gallery
Another Work
Flag
jl. melon 8a, mundusaren, nologaten, Jogjakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar