Sebagai seorang yang hidup di
dunia facebook, mungkin saya termasuk umat yang taat akan online dan kerap
bersyukur, karena sangat terasa bahwa tuhan mengirimkan kabar gembira melalui timeline atau most popular, hal ini saya amini ketika saya mendapatkan poster “Konser
Sri Khrisna” (sekaligus peluncuran album-nya kalo gak salah) sekitar beberapa
bulan lalu di TBY (Taman Budaya Yogyakarta). Pergelaran itu bersamaan dengan sebuah
acara yang menawarkan banyak konten, ada diskusi, lapak, bazaar, pameran, juga
beberapa teman (Survive Garage) kebetulan turut ada di sana untuk melayani
sablon di tempat. Pada kesempatan itu juga saya melihat secara langung
penampilan putra-putri Wiji Thukul, juga buah hati tokoh Gusdur, yang jelas
tematik acara itu berisi, pejuang kemanusiaan, toleransi, dan refleksi atas
perjalanan hidup bernegara dimana meninggalkan segepok catatan yang wajib untuk
kita bincangkan - renungkan. Disitu juga termuat persiapan sederhana nan meriah
dalam rangka menyambut konser Sri krishna, ada bendera-bendra kecil bertulis
Folk Mataram Institute, ada juga potret Sri Krishna dengan pose-pose nyleneh
tapi sangat artistik. Dan baru saya ketahui bahwa segerombolan FMI itu adalah
orang-orang gila (seniman ternama). Misalkan saya mengatahui siapa itu Putu
Sutawijawa, Alit Ambara, juga Samuel Indratma. Dari sekian, itu nama yang saya
tahu, berasal dari beberapa naskah yang pernah saya baca juga desas -desus
gosip. Tapi memang yang namanya ncik Sri Krishna, baru kali itu mendegarnya,
pemaklumannya adalah ‘saya yang kemana aja’, atau ‘mas Krishna yang belum
mampir ke rumah saya’ (hehe). Waktu itu, yang terbekas di ingatan adalah, tiket
masuk konser tersebut dibarter dengan hasil alam, jadi kita dapat membawa
macam-macam buah sayur atau sembako untuk menikmati pertunjukan, dengan konsep
beginian saya jadi mikir atas hak-hak manusia yang sesungguhnya, misalkan hak
untuk melihat konser, tanpa harus dengan pakem untuk membayar sekian rupingah. Dan sungguh beruntung-nya
bahwa yang kita tonton adalah hasil karya besar, sungguh besar.
Kemudian saya mulai memutuskan
untuk turut andil sebagai jamaah FMI melalui bangunan grup facebook juga, untuk
saya ikuti informasi terkait dengan aganda acara FMI. Yeaaaaah!!!! Saya benar-benar
beruntung, selanjutnya di suatu laman saya menemukan poster acara “peringatan 15
tahun wafat YB Mangunwijaya”, dan Sri Krishna turut mengisi acara ini. Di
banyak kesempatan ternyata kehadiran beliau sepaket setema bersama banyak rekan
yang secara visi dan misi satu setelan, misal bersama Sindhunata, Djoko Pekik,
ada juga kolaborasi bersama Ade Tanesia, dan sebagainya. Penampilan Sri Krishna
dihidangkan secara asik mengiringi jalannya acara dari awal sampai ending. Menonton
panggung-nya, saya hanya bisa mengumpat asu, bajingan, keren banget, gilak, ini
musisi benaran. Secara musikalitas ini jenius! berlaku juga sesuai tata hukum,
kualitas musik best juga sepadan dengan lirik lagu oke. Menikimati panggung Sri
Khrisna saya hanya bisa merinding dan mengumpat berkali-kali, terkadang
melintas menuju lamunan seiring lirik dinyanyikan, misal ketika dia menyanyikan
lagu Guru Bangsa, Negeri Keparat, Ayo Lawan, pikiran saya jadi kemana-mana. Kalau
di bilang ini sebuah pengalaman estesis, maka
mendengarkan Sri Krishna telah membawa saya menuju alam
perenungan-perenungan, contohnya kita sampai pada ‘kebenaran harus ada’, ‘keadilan
harus nyata’, begitu juga setelah mendengar dan mengalami perenungan, tidak
heran juga jikalau meninggalkan sikap pesimis, misal di jaman edan ini “apa
mungkin diri ini membuat sebuah perubahan, apa mungkin kita ini akan mampu
memperjuangkan, hingga mencapai tujuan, mungkinkah hari depan akan lebih baik???”,
ketika pendengar telah mengalami trance
ini, si Ncik telah menjawab (pesimis) dalam lagu berjudul ‘Hidup Maksimal’. Dia bersuara ‘jangan ragu
kawan dengan hidupmu, jangan malu, kita harus bisa, kita harus bisa!’. Saya jadi
berfikir bahwa lagu ini tidak untuk di dengar, ketika menikmati musikalitas secara
telinga jelas nyaman, namun ketika mencoba menjabarkan isi lirik-nya, percayalah
anda tidak akan pernah nyaman saat mendengarkan kebanyakan lagunya.
Lagu ini tidak pernah disarankan
untuk yang hanya sekedar mencari hiburan, meskipun secara penampilan pangung, Sri
Krishna jelas mampu menghibur puas pendengar. Kemudian saya akan berdoa kepada
yang maha Penguasa, untuk membisikkan lagu Sri Krishna kepada para manusia sok
penguasa-berkuasa. Teruntuk mas Encik “untuk dapat menikmati lagu, memang
diperlukan musikalitas yang cerdas setaraf cadas, tapi memang yang luar biasa racikan
lirik-nya situ loh bung, membuat saya susah tidur, dari ekpresionis, romantis,
sadis, mistis, liris, bahkan sampai ciamis ataupun parangtritis, semua ada”
Situne kok Keren sekali to bung.... salam selo... J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar