Minggu, 22 Juni 2014

Sandai Santai | Sri Krishna



Sebagai seorang yang hidup di dunia facebook, mungkin saya termasuk umat yang taat akan online dan kerap bersyukur, karena sangat terasa bahwa tuhan mengirimkan kabar gembira melalui timeline atau most popular, hal ini saya amini ketika saya mendapatkan poster “Konser Sri Khrisna” (sekaligus peluncuran album-nya kalo gak salah) sekitar beberapa bulan lalu di TBY (Taman Budaya Yogyakarta). Pergelaran itu bersamaan dengan sebuah acara yang menawarkan banyak konten, ada diskusi, lapak, bazaar, pameran, juga beberapa teman (Survive Garage) kebetulan turut ada di sana untuk melayani sablon di tempat. Pada kesempatan itu juga saya melihat secara langung penampilan putra-putri Wiji Thukul, juga buah hati tokoh Gusdur, yang jelas tematik acara itu berisi, pejuang kemanusiaan, toleransi, dan refleksi atas perjalanan hidup bernegara dimana meninggalkan segepok catatan yang wajib untuk kita bincangkan - renungkan. Disitu juga termuat persiapan sederhana nan meriah dalam rangka menyambut konser Sri krishna, ada bendera-bendra kecil bertulis Folk Mataram Institute, ada juga potret Sri Krishna dengan pose-pose nyleneh tapi sangat artistik. Dan baru saya ketahui bahwa segerombolan FMI itu adalah orang-orang gila (seniman ternama). Misalkan saya mengatahui siapa itu Putu Sutawijawa, Alit Ambara, juga Samuel Indratma. Dari sekian, itu nama yang saya tahu, berasal dari beberapa naskah yang pernah saya baca juga desas -desus gosip. Tapi memang yang namanya ncik Sri Krishna, baru kali itu mendegarnya, pemaklumannya adalah ‘saya yang kemana aja’, atau ‘mas Krishna yang belum mampir ke rumah saya’ (hehe). Waktu itu, yang terbekas di ingatan adalah, tiket masuk konser tersebut dibarter dengan hasil alam, jadi kita dapat membawa macam-macam buah sayur atau sembako untuk menikmati pertunjukan, dengan konsep beginian saya jadi mikir atas hak-hak manusia yang sesungguhnya, misalkan hak untuk melihat konser, tanpa harus dengan pakem untuk membayar sekian rupingah. Dan sungguh beruntung-nya bahwa yang kita tonton adalah hasil karya besar, sungguh besar.

Kemudian saya mulai memutuskan untuk turut andil sebagai jamaah FMI melalui bangunan grup facebook juga, untuk saya ikuti informasi terkait dengan aganda acara FMI. Yeaaaaah!!!! Saya benar-benar beruntung, selanjutnya di suatu laman saya menemukan poster acara “peringatan 15 tahun wafat YB Mangunwijaya”, dan Sri Krishna turut mengisi acara ini. Di banyak kesempatan ternyata kehadiran beliau sepaket setema bersama banyak rekan yang secara visi dan misi satu setelan, misal bersama Sindhunata, Djoko Pekik, ada juga kolaborasi bersama Ade Tanesia, dan sebagainya. Penampilan Sri Krishna dihidangkan secara asik mengiringi jalannya acara dari awal sampai ending. Menonton panggung-nya, saya hanya bisa mengumpat asu, bajingan, keren banget, gilak, ini musisi benaran. Secara musikalitas ini jenius! berlaku juga sesuai tata hukum, kualitas musik best juga sepadan dengan lirik lagu oke. Menikimati panggung Sri Khrisna saya hanya bisa merinding dan mengumpat berkali-kali, terkadang melintas menuju lamunan seiring lirik dinyanyikan, misal ketika dia menyanyikan lagu Guru Bangsa, Negeri Keparat, Ayo Lawan, pikiran saya jadi kemana-mana. Kalau di bilang ini sebuah pengalaman estesis, maka  mendengarkan Sri Krishna telah membawa saya menuju alam perenungan-perenungan, contohnya kita sampai pada ‘kebenaran harus ada’, ‘keadilan harus nyata’, begitu juga setelah mendengar dan mengalami perenungan, tidak heran juga jikalau meninggalkan sikap pesimis, misal di jaman edan ini “apa mungkin diri ini membuat sebuah perubahan, apa mungkin kita ini akan mampu memperjuangkan, hingga mencapai tujuan, mungkinkah hari depan akan lebih baik???”, ketika pendengar telah mengalami trance ini, si Ncik telah menjawab (pesimis) dalam lagu berjudul  ‘Hidup Maksimal’. Dia bersuara ‘jangan ragu kawan dengan hidupmu, jangan malu, kita harus bisa, kita harus bisa!’. Saya jadi berfikir bahwa lagu ini tidak untuk di dengar, ketika menikmati musikalitas secara telinga jelas nyaman, namun ketika mencoba menjabarkan isi lirik-nya, percayalah anda tidak akan pernah nyaman saat mendengarkan kebanyakan lagunya.

Lagu ini tidak pernah disarankan untuk yang hanya sekedar mencari hiburan, meskipun secara penampilan pangung, Sri Krishna jelas mampu menghibur puas pendengar. Kemudian saya akan berdoa kepada yang maha Penguasa, untuk membisikkan lagu Sri Krishna kepada para manusia sok penguasa-berkuasa. Teruntuk mas Encik “untuk dapat menikmati lagu, memang diperlukan musikalitas yang cerdas setaraf cadas, tapi memang yang luar biasa racikan lirik-nya situ loh bung, membuat saya susah tidur, dari ekpresionis, romantis, sadis, mistis, liris, bahkan sampai ciamis ataupun parangtritis, semua ada”


Situne kok Keren sekali to bung.... salam selo... J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar