Ketika seniman tato
mendedikasikan karya mereka untuk musik mungkin mereka akan menggambar wajah
musisi atau menuliskan lirik lagu di permukaan kulit, lalu bagaimana musisi
mendedikasikan karya mereka untuk tato? Yak! salah satu-nya dengan menciptakan
lagu berjudul tato atau memasukan kata ‘tato’ dalam lagu mereka. Seberapa
penting pengaruh tato di mata musisi? Ya, pengguna tato memang akrap dengan
mereka yang memiliki gairah di bidang kesenian, lihat saja tampilan perupa dan
para musisi yang seringkali di hiasi dengan tato, dengan ini berarti tato
menjadi kepunyaan ‘milik bersama’. Lalu apa saja yang mereka ungkapkan untuk
sebuah tato?. Artikel ini dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama disebutkan
bahwa terdapat lagu yang memang khusus menyuarakan tato itu sendiri, kemudian
di bagian kedua kita akan menjumpai lagu yang memasukan materi tato, maksudnya
disini lagu itu tidak sepenuhnya menyuarakan tato, namun ada bagian tato yang
di nyanyikan. Disini kita dapat menemui pelbagai kisah tato mewakili
dinamika-nya masing-masing, siapa sajakah mereka? Simak…!!! mari kita membaca
rekaman para musisi atas perjalanan tato melalui nada dan irama.
(Bagian I)
1. Elpamas, Tato 1991
Dimulai dari tahun 1991 jagat
Rock di hebohkan dengan album berjudul “Tato” oleh grup musik yang sedang naik
daun bernama Elpamas, dan lagu berjudul ‘Tato’ sekaligus menjadi masterpiece
setelah lagu “Pak Tua” yang juga sempat dirilis oleh Iwan Fals. Di dalam lagu
ini menceritakan demam tato mulai mewabah, dari musisi, kelasi, penjudi,
perampok, pencopet dan tukang jambret, bahkan sampai remaja sekolah. Bercermin
pada tahun 1983 melalui “terror petrus” dimana pengguna tato di cap sebagai
pelaku kriminal, ternyata itu tidak benar lihat-lah kenyataan-nya tato adalah
milik orang banyak, disini Elpamas mencoba mempertanyakan kembali atas tato
sebagai cap negatif, lalu di kemudian syair mereka menegaskan bahwa tato itu
adalah hasil kerja para seniman, tato juga merupakan warisan nenek moyang
bangsa kita. Lengkap pula di akhir lirik bahwa tato bukan bentuk tabu belaka,
tentunya dengan maksud tersirat bahwa tato adalah bagian dari seni. Melalui
lagu Tato, Elpamas telah membongkar hasil bangunan ‘rezim’ di bawah kuasa Pak
Tua.
2. Marjinal, Masberto 2005
Mewakili era 90-an, lagu
Tato-Elpamas cukup membangkitkan geliat tato, walau memang tidak menunjukan
perubahan yang signifikan hingga akhir tahun 1998, melalui kurun waktu tersebut
mungkin dibutuhkan penyesuaian dan masa pemikiran untuk membawa ‘tato’ kearah
mana, saat itu ditandai dengan aktifitas kecil sebagai awal mula pengakuan
terang-terangan (legalitas), jadi tato berkembang secara perlahan namun pasti.
Tertanda setelah reformasi
meletus, membangkitkan kebebasan berekspresi, kesempatan ini berlaku pula untuk
menggiatkan tato lebih aktif lagi. Kemudian membutuhkan separuh waktu lagi
(6tahun) hingga dirasa tato telah memiliki sebuah tempat. Tepat di 2005
munculah lagu berjudul Masberto (sebuah akronim dari Masyarakat Bertato) oleh
band berlatar Punk dengan nama Marjinal, lagu Masberto adalah perwujudan sikap
kritis terhadap masyarakat yang masih memandang tato sebagai bentuk ‘sinisme’,
lagu ini adalah jawaban atas diskriminasi terhadap para pemakai tato, lihat
saja seperti di tolak calon mertua, tidak di terima kerja, tukang pembuat dosa,
di lagu ini pun Marjinal dengan sangat tegas mengemas lirik melalui pertanyaan
(seperti di Elpamas), misal “apa tato yang bertindak dan bekerja?”, “apa tato
yang membunuh dan megang senjata?”, kita perlu tahu bahwa tahun itu tercatat
banyaknya aksi tindak kejahatan melalui terorisme maupun aparat berseragam.
Semestinya melalui baris ini pendengar mendapat kejelasan tentang “tato tidak
mewakili tindak kejahatan, bahwasanya yang bertindak bukan tato, tapi manusia
itu sendiri” perkara nanti mereka memiliki tato ataupun tidak yang jelas tato
tak pernah bertanggungjwab atas segala kejahatan. Jadi disini ada upaya untuk
meletakan tato pada tempat yang tersendiri (seni/budaya), hal ini sama persis
seperti yang dilakukan aktivis era itu di Yogyakarta, mereka adalah Athonk
bersama Bob Sick, mewakili Komunitas Tato dan Perupa, (bedanya mereka
bersenjata melalui media karya rupa). Lagu ini menjangkau tatatan yang lebih
luas lagi dari Elpamas, Marjinal juga berbicara perihal media dan dunia
pemberitaan, mungkin ini sebuah jawaban saat ketika dimana berita kriminal di
televisi menyajikan tayangan dengan memaksa mereka membuka baju, untuk secara
visual menerangkan bahwa pelaku kriminal tersebut dilengkapi dengan atribut
tato, ataupun juga saat banyak di dapati di media cetak, segala pemberitaan
tentang tato adalah tindak kriminal, sebagai contoh di sebuah judul. “pria
bertato kedapatan mencuri”, “pria dengan tato macan tega membunuh istrinya”,
seolah tak pernah termuat bahwa seseorang bertato memiliki prestasi ataupun
kabar baik melalui aktivitas tato.
Dan yang paling jelas
tersampaikan di lagu ini tentunya “Masberto” masyarakat bertato, bahwasanya
mereka senang memiliki tato, ada sebuah ajakan untuk “berbahagialah bagi yang
memiliki tato”, “tato adalah bentuk sebuah kemerdekaan, sesungguh-nya dengan
berkarya seseorang telah di bebaskan”. Bahkan juga kita dapati entah ironi atau
parodi “yang penting hatinya kagak bertato”, mengejutkan! Memang perlu di akui
pada hasilnya yang kita butuhkan ialah ketulusan, yaitu sebuah simbol dari hati
yang bersih, kita tak boleh mengotori hati. Tak dapat di pungkiri lagu ini
singkat padat juga ber-(v)isi, kemudian ditutup di akhir lirik, “tato budaya
kito (kita)”. Maka Marjinal telah mewarisi, melanjutkan, melengkapi, atas suara
langkah awal Elpamas, dan yang lebih utama Marjinal mampu mewakili ‘tato’ pada
zaman-nya, lengkap dan tak terkecuali.
3. Shaggydog, Ditato 2010
Setelah periode 2005, tato
semakin menunjukkan perkembangan yang lebih serius, waktu itu banyak
komunitas-komunitas tato lahir, kebanyakan mewakili wilayah kota masing-masing,
seperti Jogja, Bali, Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Malang, kemudian
tiap tahun-nya menyebar ke kota-kota lain seperti Solo, Manado, Balikpapan,
Medan, Pontianak, Purwokerto, Salatiga, dan Magelang. Untuk kemudian
acara-acara tato terus digelar secara berkesinambungan. Dalam setiap kali
kesempatan, semenjak itu lagu Masberto terus-menerus mengiringi dan diteriakan,
hingga menjadi sebuah anthem untuk terus semangat mengkaryakan tato.
Sampai pada tahun 2009, melalui
album Bersinar Shaggydog muncul turut menyuarakan tato, dan apa yang mereka
suarakan tentang tato?. Dalam lagu ini Shaggydog mengawali tanggapan dari
bayang-bayang kriminal tato, tapi berikutnya tak berfokus disitu, awal lirik
tersebut hanya rangkuman atas Elpamas dan Marjinal, kemasan-nya sebuah
pernyataan sekaligus penegasan, bunyinya “bukanlah kejahatan bila kau punya
tato”, pada tahun ini desas-desis tato sebagai tindak kejahatan memang masih di
jumpai, tapi Shaggydog memang bermaksud membawakan-nya secara sekilas. Kemudian
setelah itu Shaggydog ingin menyampaikan bahwa dalam lagu ditato adalah sebuah
proses menikmati tato, tato sudah bukan menjadi barang ketakutan, lihat saja
mereka buktikan dalam lirik “nona-nona manis sekarang punya tato”, baris demi
baris menunjukan keterbukaan tato secara lebih, Shaggydog melanjutkan
bahwasanya ternyata tato juga mencandu, tak cukup hanya satu kau boleh
menambahnya sesuai keinginan, tak perlu menunda-nunda bila perlu dengan segera,
simak dalam “buatlah hari ini.. jangan kau tunda-tunda lagi”, ada juga
kecenderungan menceritakan proses dan material tato, seperti “sakit tapi ingin,
ingin tambah lagi”, juga “jarum menari-nari ala meksiko..” Disini membuktikan
bahwa si pengguna tato menikmati proses tato, lalu personifikasi “jarumnya
menari ala meksiko”, tusukan jarum seolah sebuah tarian yang indah, proses yang
menyenangkan, jadi sisa-sisa ketakutan dalam Marjinal telah Shaggydog ubah
dengan kenikmatan. Ada juga indikasi tato milik kebanyakan orang, disini boleh
jadi adalah kelompok maupun komunitas, entah itu semacam masberto dalam
marjinal atau kalangan musisi maupun komunitas tato, tengoklah syair “aku dan
kawan-kawan”, aku dan kawan-kawan disini menunjukkan kelompok, selanjutnya masih
ditemui, simak kata “kami” pada syair, “kami akan menemani bila kau ingin
tambah lagi”.
Lagu Ditato menjadi ramuan
pelengkap yang mampu mewakili dan menemani aktifitas tato sehari-hari.
Shaggydog punya cara yang handal, dalam lagu Ditato memunculkan aura bahwa tato bukan milik (minor) seperti di Marjinal,
namun yang terlihat adalah tato milik semuanya, karena Shaggydog mendekatkan
unsur-unsur mekanis tato, jadi seolah pendengar seperti sedang ditato, lihat
kembali dalam “jarum yang menari-nari”. Jadi pada lagu ini nuansa-nya adalah
sebuah perayaan atas kemenangan, karena sebelumnya adalah sebuah bentuk
perlawanan-perjuangan yang hebat melalui perwakilan Elpamas dan Marjinal.
Hampir tidak ada bentuk kritisi atas lagu ini, karena dalam “bukanlah kejahatan
jika kau punya tato” pun kalimat ini sangat umum, itu adalah pernyataan sebagai
perwakilan atas tato sebagaimana sebelumnya, Shaggydog tidak menjuruskan kritik
kepada siapapun. Jadi jelas dalam lagu ini adalah sebuah bentuk perayaan ‘atas
dan kepada’ tato. Kita tidak di pusingkan dengan permasalahan-permasalahan,
maka menjadi tepat sesuai dengan genre yang mereka ungsung ialah semacam ska ,
alternative, yang identik dengan lantai dansa dan suka-cita. Melalui racikan
musik yang asik & ciamik, kita tentu mendengarnya seperti diantarkan menuju
iklim suka cita dan pesta-pesta. Lunas sudah, sebuah musik perayaan melalui
lirik kemenangan.
4. Devadata, Radjah 2014
Yang paling hangat sekaligus
mewakili di tahun ini, kita akan bertemu dengan lagu ‘radjah’ dari band
Hardcore asal Surabaya bernama DEVADATA. Lirik lagu ini semakin kuat karena di
tulis oleh seniman tato yang punya tempat tersendiri, dialah Jimmy Toge dari
studio Radjah Skin Design. Di luar dugaan, ini adalah lirik paling puitis,
sebelumnya kita sering menjumpai puitisasi tato bersama Unyil Hanafi, beliau
lebih menekan atas anugerah seni, konon melalui proses tato ia seringkali
menemui pengalaman-pengalaman religius (lihat video “sesuatu yang terlupakan” /
teknik freehand Unyil Hanafi 2012). Bagaimana Toge menuliskan-nya sekaligus
Devadata mengemasnya? Tentu jadi kolaborasi yang apik.
Melalui tulisan berjudul ‘radjah’
kita akan mengenal si penulis (Toge) sebagai Penyair, dia menulis rima dengan
rapi. Mengulik syair bait demi bait kita dapat
menyimpulkan bahwa dalam lagu ini tato di hadirkan dalam nuansa
spritualitas, boleh sebutlah spiritualitas tato. Ada permainan waktu melalui
masa yang beragam sehingga sulit menemukan jawab-nya, mungkin lagu ini akan
menyatakan radjah itu sendiri yang syarat akan nilai-nilai magis, baik sakral
maupun ritual, tujuan lirik-lirik lagu ini adalah sebuah pemaknaan (pengalaman
estesis), karena menyangkut obyek yang sangat luas, juga menghadirkan ragam
metafor dalam sangkut paut dunia, penderitaan, peluh, tahta, mahkota, cerita,
lapar, dosa, nyawa hingga kematian. Kemungkinan besar lagu ini dibacakan dengan
begitu lirih dan sayup-sayup, tapi celakanya justru Devadata menyajikan-nya
dengan keras dan keren. Melagukan puisi
itu tergolong sulit, karena tiap kata memiliki sifat intonasi sendiri. Apabila
pembawaan-nya tidak tepat maka dapat mengurangi nilai puisi itu sendiri,
ibaratnya seperti menyanyi dengan suara fals. Band yang sukses melagukan puisi
adalah Jogja Hip-Hop Foundation melalui teks-teks Sindhunata. Walau agaknya masih
kurang, di lagu ini Devadata tidak terlalu janggal, namun dia sukses
men-hardcore-kan-nya. Kemudian yang terus membayangi, Radjah menjadi semacam
sesuatu yang lebih dari jangkauan mata, lebih dari lintas bahasa, maka
disinilah sprititualitas tato itu muncul. Lalu, ataukah mungkin musikalisasi
Devadata mengandung sisi spiritual tententu? Itulah jawaban anda! dan jika iya,
maka sempurnalah kolaborasi seniman tato dengan musisi.
(Bagian II)
1. Superman Is Dead, Punk Hari Ini, 2003
Sepanjang
catatan, mungkin band punk rock paling dikenal ialah Superman Is Dead, melalui album Kuta Rock City
mereka melejit, juga bersamaan hits berjudul “Punk Hari Ini”. Mereka menceritakan bagaimana perkembangan punk dalam
bahasan-nya mengenai fenomena (penampilan). Ya, kita sendiri tahu bahwa punk diidentikan dengan kostum yang
mampu menarik mata. Di lagu ini dikisahkah demam punk, merambah hebat.
Layakyanya tato, punk juga menunjukan perubahan bahwa orang di luar sana mulai
menerima punk, entah sebagai gaya hidup atau mungkin hanya sekedar fashion. Dengan
dandanan punk seseorang bisa dikata keren, maklum pada masa ini industri musik dilakoni lagu-lagu
cengeng. Lalu kita akan menemui sepenggal lirik yang berbunyi “…penuh tato juga piercing nyanyikan lagu
cengeng..” waktu itu tato dan piercing identik dengan gaya hidup punk, malah ada asumsi
bahwa yang bertato dan memiliki piercing adalah mereka anak punk. Jadi disini
tato dimengerti sebagai identitas, yang pada kemudian waktu, identitas itu diambil atau
dimanfaatkan oleh sebagian lain yang akhirnya malah terlihat lucu dan bodoh. Beberapa
orang mengatasnamakan punk sebagai tampilan keren, ditemukanlah banyak
pengguna tato sebagai ajang gaya-gayaan yang tak sepadan dengan kualitasnya, salah satunya dengan cara
menyanyikan lagu cengeng. Lagu cengeng disini tentunya, bagian dari mainstream
yang sangat di tentang oleh scene punk itu sendiri, tapi dilain prespektif terjadi semacam ambigu,
barangkali di ranah musik berlaku hukum tertentu atas pembedaan musik cengeng
dan keras, pertama jelas musikalitas, berikutnya mungkin tampilan itu sendiri.
Tapi pada dimensi tato hal itu tak berlaku, tato boleh dimiliki siapa saja,
perkaranya hanya masalah keluwesan itu tanggung jawab masing-masing. Melalui
lagu Punk Hari ini, paling tidak S.I.D telah berani menyumbang kritik atas wilayah
yang dipijakinya, tentu penekanannya tentang pemahaman untuk dapat menilai mana
yang baik dan tidak, kemudian pendengar disadarkan berada dalam posisi yang mana?.
deposit via Go-Pay
BalasHapusdeposit via pulsa
judi ovo indonesia
bonus turnover terbesar
situs judi online terpercaya
bonus referral terbesar
poker depo pulsa
capsa depo pulsa
aduq deposit pulsa
domino deposit pulsa
deposit via telkomsel
deposit via xl
Judi Online Deposit Pulsa Via Whatsapp Agen Judi PokerV
Deposit Judi Pulsa HP
Deposit Pulsa Indomaret PKV Games