Manet mengalami
penolakan kembali di Salon pada 1866 tersebab dua karyanya The Fifer dan The Tragic
Actor. Namun pada saat yang bersamaan ia justru makin teguh karena mendapat
dukungan kawan baru yang begitu vokal, Emile Zola, salah satu novelis terkemuka
pada jamannya, jurnalis yang kerap berpolemik dan di kemudian hari ia dikenal
sebagai pembela Kapten Dreyfus yang dipenjarakan secara tidak adil.
Perjalanan Manet ke Spanyol
memberikan beberapa pengaruh, ia lebih intens berhadapan dengan kanvas dan
lekas bekerja sekembalinya dari jalan-jalan. Pengaruh seni gaya Jepang juga terlihat
dalam karya-karyanya, yaitu lebih tegas, objek yang datar juga kontras warna
yang kuat.
The Tragic Actor terinspirasi
dari karya Velasquez, Pablo de Valladolid,
1635, sebuah gambar yang memperolok pengadilan. Manet secara umum memang
benar-benar terpesona oleh Velasquez, sebagaimana pernah ia tuliskan ke Fantin-Latour
dari Madrid pada September 1865, ia mengatakan tentang Velasquez bahwa,
“mungkin sebuah karya yang paling menajubkan dari lukisan yang pernah dicipta…
background yang kabur, udara begitu tampak mengelilingi manusia, berpakaian
lengkap dalam jubah hitam sepanjang hidup.”
Karya Velasquez, seniman yang mewarisi semangat radikal bagi Manet |
Terdapat background
yang kabur pada kedua karya, mengingatkan akan gaya seni Byzantium, gaya ini
mungkin tak terlihat spesial di abad 17, terkecuali Pablo de Valldolid, karya tersebut merupakan potret yang paling
tidak umum. Dalam pandangan Manet, bagaimanapun, baginya menandakan sesuatu
yang radikal.
Potret Seorang Aktor
Terlepas dari judul
yang tidak menyebutkan nama seseorang. The
Tragic Actor, tak salah lagi adalah potret aktor bernama Philibert Rouviere.
Ia dikenal sebagai pemeran Hamlet, yang menjadi alasan untuk tampil dalam
balutan warna serba hitam, warna kesukaan Manet. Setelah kematian Rouviere yang
tiba-tiba pada oktober 1865, Manet meminta kawannya, tercetuslah Proust, untuk
berdiri menjadi model guna mewujudkan bentuk tangan dan kaki. Yang paling
dramatis dari sebelumnya, cahaya menyebar dari sang aktor, panggung seolah
bercahaya, terpancar pada kaki-kaki.
Pengaruh Velasquez dalam karya Manet, The Tragic Actor tak alin adalah Philibert Rouviere |
Cowok Peniup Seruling
The Fifer, memperlihatkan
laki-laki peniup seruling ala kerajaan yang diperagakan secara singkat kepada seniman. Si
cowok memiliki ciri bermata lebar dan telinga lebar, memberikan dia kesamaan
pada Leon, anak laki-laki Manet. Manet dapat menggambarkan si anak tanpa
kecengengan. Seorang cowok berjaket hitam, dengan garis hitam di celana merah
yang melancip, memperlihatkan bentuk badan, berlawanan dengan latar yang kuning
abu-abu, dalam situasi itu ia bermandikan cahaya di badan dan wajahnya, gayanya terlihat tidak natural. Pada 1867 Zola
menulis “ketika gambar dilihat lebih dekat, anda akan melihat catnya lebih halus daripada kasar,
seniman hanya menggunakan kuasnya seperlunya dan kemudian dengan cara berhati-hati;
tak ada tumpukan warna, tetapi lapisan terpadu (bercampur).” Kritikus modern Francois
Cachin merespon The Fifer dengan
“sebuah karya yang lebih daripada yang lain, gabungan cita rasa Jepang dan Spanyolnya
Manet.”
Model disebut-sebut sebagai Leon, anak Manet. Nuansa Velasquez hadir lebih terang |
Zola Si Pembela
Pada 7 Mei 1866 jurnalis
muda Emile Zola membela karya Manet di majalah L’evenement: “sepertinya saya
orang pertama yang terus terang memuji karya Manet… bakat Manet mengandung
nilai lebih pada kerja yang simple dan tepat… anda tahu bagaimana dampak atas
karya Manet di Salon. Karya-karyanya meledak… disekelilingnya penuh dengan
karya manis bak produk yang seragam… Manet, dengan karyanya yang tajam memiliki
maksud akan kualitas ditengah kepungan karya yang manis.” Manet sungguh
berbahagia dan menuliskan kesannya, “saya tidak tahu dimana harus menemui anda dan berjabat tangan untuk
saya ucapkan terima kasih… sungguh artikel yang mewah! Beribu terima kasih.”
Untuk kemudian mereka berdua berkawan. Pada tahun 1867 Zola menerbitkan
monograf, A New Way of Painting: Edouard
Manet, dengan berbagai pujian terhadap Manet, disebutkannya Manet sebagai
pelukis yang fokus pada warna dan bentuk, bukan subjek, ‘sebuah gambar yang
bagi anda simpel namun banyak pelajaran dan analisa di dalamnya, anda ingin
wanita telanjang, anda tinggal pilih Olympia, anda menginginkan bercak cahaya
benderang, sudah tersedia dalam sebucket bunga, anda menginginkan pemandangan
gelap, dipersilahkan menuju wanita hitam dan kucing… dengan ini berarti anda telah berhasil mengapresiasi si seniman besar.”
Esai-esai mengenai The Fifer dan The Tragic Actor |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar