Selasa, 20 Juni 2017

Sastrawan Emile Zola Banyak Berjasa atas Kebesaran Pelukis Edouard Manet


Manet mengalami penolakan kembali di Salon pada 1866 tersebab dua karyanya The Fifer dan The Tragic Actor. Namun pada saat yang bersamaan ia justru makin teguh karena mendapat dukungan kawan baru yang begitu vokal, Emile Zola, salah satu novelis terkemuka pada jamannya, jurnalis yang kerap berpolemik dan di kemudian hari ia dikenal sebagai pembela Kapten Dreyfus yang dipenjarakan secara tidak adil.

Portrait Of Emile Zola, Edouard Manet
1868, Paris. Manet menawarkan diri untuk melukis Zola sebagai rasa terima kasihnya atas artikel yang berhasil diterbitkan, digambar di studionya, di belakang nampak beberapa bahan studinya, Olympia dan reproduksi karya seniman Jepang.


Perjalanan Manet ke Spanyol memberikan beberapa pengaruh, ia lebih intens berhadapan dengan kanvas dan lekas bekerja sekembalinya dari jalan-jalan. Pengaruh seni gaya Jepang juga terlihat dalam karya-karyanya, yaitu lebih tegas, objek yang datar juga kontras warna yang kuat.
The Tragic Actor terinspirasi dari karya Velasquez, Pablo de Valladolid, 1635, sebuah gambar yang memperolok pengadilan. Manet secara umum memang benar-benar terpesona oleh Velasquez, sebagaimana pernah ia tuliskan ke Fantin-Latour dari Madrid pada September 1865, ia mengatakan tentang Velasquez bahwa, “mungkin sebuah karya yang paling menajubkan dari lukisan yang pernah dicipta… background yang kabur, udara begitu tampak mengelilingi manusia, berpakaian lengkap dalam jubah hitam sepanjang hidup.”

Karya Velasquez, seniman yang mewarisi semangat radikal bagi Manet


Terdapat background yang kabur pada kedua karya, mengingatkan akan gaya seni Byzantium, gaya ini mungkin tak terlihat spesial di abad 17, terkecuali Pablo de Valldolid, karya tersebut merupakan potret yang paling tidak umum. Dalam pandangan Manet, bagaimanapun, baginya menandakan sesuatu yang radikal.

Potret Seorang Aktor
Terlepas dari judul yang tidak menyebutkan nama seseorang. The Tragic Actor, tak salah lagi adalah potret aktor bernama Philibert Rouviere. Ia dikenal sebagai pemeran Hamlet, yang menjadi alasan untuk tampil dalam balutan warna serba hitam, warna kesukaan Manet. Setelah kematian Rouviere yang tiba-tiba pada oktober 1865, Manet meminta kawannya, tercetuslah Proust, untuk berdiri menjadi model guna mewujudkan bentuk tangan dan kaki. Yang paling dramatis dari sebelumnya, cahaya menyebar dari sang aktor, panggung seolah bercahaya, terpancar pada kaki-kaki.

Pengaruh Velasquez dalam karya Manet, The Tragic Actor tak alin adalah Philibert Rouviere


Cowok Peniup Seruling
The Fifer, memperlihatkan laki-laki peniup seruling ala kerajaan yang diperagakan secara singkat kepada seniman. Si cowok memiliki ciri bermata lebar dan telinga lebar, memberikan dia kesamaan pada Leon, anak laki-laki Manet. Manet dapat menggambarkan si anak tanpa kecengengan. Seorang cowok berjaket hitam, dengan garis hitam di celana merah yang melancip, memperlihatkan bentuk badan, berlawanan dengan latar yang kuning abu-abu, dalam situasi itu ia bermandikan cahaya di badan dan wajahnya, gayanya terlihat tidak natural. Pada 1867 Zola menulis “ketika gambar dilihat lebih dekat, anda akan melihat catnya lebih halus daripada kasar, seniman hanya menggunakan kuasnya seperlunya dan kemudian dengan cara berhati-hati; tak ada tumpukan warna, tetapi lapisan terpadu (bercampur).” Kritikus modern Francois Cachin merespon The Fifer dengan “sebuah karya yang lebih daripada yang lain, gabungan cita rasa Jepang dan Spanyolnya Manet.”

Model disebut-sebut sebagai Leon, anak Manet. Nuansa Velasquez hadir lebih terang


Zola Si Pembela
Pada 7 Mei 1866 jurnalis muda Emile Zola membela karya Manet di majalah L’evenement: “sepertinya saya orang pertama yang terus terang memuji karya Manet… bakat Manet mengandung nilai lebih pada kerja yang simple dan tepat… anda tahu bagaimana dampak atas karya Manet di Salon. Karya-karyanya meledak… disekelilingnya penuh dengan karya manis bak produk yang seragam… Manet, dengan karyanya yang tajam memiliki maksud akan kualitas ditengah kepungan karya yang manis. Manet sungguh berbahagia dan menuliskan kesannya, “saya tidak tahu dimana harus menemui anda dan berjabat tangan untuk saya ucapkan terima kasih… sungguh artikel yang mewah! Beribu terima kasih.” Untuk kemudian mereka berdua berkawan. Pada tahun 1867 Zola menerbitkan monograf, A New Way of Painting: Edouard Manet, dengan berbagai pujian terhadap Manet, disebutkannya Manet sebagai pelukis yang fokus pada warna dan bentuk, bukan subjek, ‘sebuah gambar yang bagi anda simpel namun banyak pelajaran dan analisa di dalamnya, anda ingin wanita telanjang, anda tinggal pilih Olympia, anda menginginkan bercak cahaya benderang, sudah tersedia dalam sebucket bunga, anda menginginkan pemandangan gelap, dipersilahkan menuju wanita hitam dan kucing… dengan ini berarti anda telah berhasil mengapresiasi si seniman besar.”

Esai-esai mengenai The Fifer dan The Tragic Actor
 
Setelah keduanya bersahabat. Zola menuliskan pengantar untuk pameran Manet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar