Tahun 1862 menandai kebangkitan Manet sebagai seorang
pelukis. Pada tahun itu, kematian ayahnya meninggalkan cukup banyak warisan
yang mampu menyokong kebutuhannya. Sebab karyanya yang terjual di tahun-tahun
itu relatif sedikit. Kekayaannya mendukung si Pelukis untuk lebih bebas dalam
membuat karya.
Manet selalu terlihat seperti gelandangan yang keren, sosok elegan, santai, namun
pengamat yang jeli atas jalanan dan taman-taman di sepanjang kota Paris. Hasil
pengamatannya yang tajam terhadap kehidupan perkotaan mengantarnya untuk
melukis “Music in the Tuileries Gardens”, 1862, yang sering dianggap sebagai
lukisan modern pertama.
Manet tinggal di Areal seputaran Cafe |
Menginjak tahun 1862, Manet terbiasa dengan rutinitas makan
siang di cafe Tortoni dekat studionya, kemudian berjalan-jalan ke Tuileries
Gardens, seringkali bersama Baudelaire, di mana ia menggambar sekelompok orang
yang ada di bawah pohon. Ia menggambar teman-temannya dan orang-orang menarik
lainnya, juga konser sore hari di taman Tuileries yang menggambarkan modisnya Paris
– secara sekilas dan sambil lalu, seolah-olah seperti yang tertangkap kamera, penemuan
baru yang cukup menganggu keberadaan lukisan.
Lukisan Manet, “Music in the Tuileries Gardens” memadukan
beberapa kecenderungan aspek seni berbeda yang saat itu menarik perhatiannya
sebagai seorang seniman: seni memotret, kehidupan urban, suasana di tempat
terbuka, sebuah kesadaran bahwa gambar itu benar-benar cerdas – Manet menerima
kenyataan yang menggelisahkan. Menanggapi respon atas karya tersebut, ia dengan
cekatan membuat formula dengan cara mengambil gaya para oldmaster sebagai
bentuk penghargaan kepada pelukis generasi pendahulu. Tigabelas sosok segera dapat
dikenali melalui topi-topi dan crinolines.
Di antara mereka ada Baudelaire digambar dalam sosok lesu, komposer operet Jacques
Offenbach, kritikus Theophile Gautier dan Champfleury; penyair dan kritikus
Zacharie Astruc; Madame Lejosne yang sedang duduk; dan disampingnya bertudung Madame
Offenbach, istri sang komposer.
Semacam Tribute Velazquez |
Ketika Music in the
Tuileries Garden mengagetkan hampir sebagian warga Paris sebagai sesuatu
revolusioner dan berbahaya, dalam karya tersebut Manet masih mengulik kembali para
pelukis ulung sebelumnya. Banyak sosok yang terlihat secara acak yang
menginspirasi Manet untuk menyalin karya-karya sebelum dijadikan karya Etsa
(lihat The Little Cavaliers). Berangkat dari lukisan abad 17, memperlihatkan
sekelompok pria elegan sedang ngobrol satu sama lain, yang lalu banyak publik
salah kaprah mengira karya tersebut milik Velazquez.
Tidak Sepenuhnya
Diterima
Lukisan itu, ketika dipamerkan di Galeri Martineau pada
april 1863, hampir saja dicaci maki. Bahkan salah seorang pengunjung mengancam
akan merusak kanvas jika karya itu tetap dipajang.
Reaksi kasar seperti itu jika terjadi sekarang ini memang
terlihat aneh, tapi usaha Manet setiap harinya sama seriusnya dengan mereka
yang membuat lukisan mitos atau sejarah, lekas saja mengganggu publik yang kadung
terbiasa dengan karya-karya yang menggambarkan cerita-cerita kuno. Hanya di Cafe
Tortoni, di mana teman-teman memuji karya-karyanya yang diedarkan dari tangan
ke tangan, mereka cukup mengagumi karya Manet. Di tahun 1862, Manet menjadi
pendiri sekaligus anggota Societe des Aquafortistes (komunitas etsa) bersama Fantin-Latour
dan seniman lainnya. Seringkali karya grafis mereka diambil dari lukisan yang
sebelumnya mereka buat, mereka menggunakan aquatint
untuk membuat efek tonal dan kedalaman goresannya.
Baudelaire: Penyair,
Kritikus, Nabi
JOSS
BalasHapus