Sebuah kritik yang ditujukan kepada karya awal Manet tidak
ada apa-apanya dibanding dengan hinaan karya Olympia di Salon tahun 1865. Hal tersebut membuatnya terguncang, akhirnya
Manet memutuskan pergi ke Spanyol untuk melihat berbagai motif dari karya
maestro yang amat dia hormati; Velazquez. Kepergiannya ke Spanyol yang berlangsung
selama 10 hari cukup memberikan dia inspirasi sekaligus menikmati masa rehat.
Manet telah menyelesaikan karya besar telanjang-nya di akhir
1863. Tapi, dengan setengah sadar ia telah memperkirakan berpotensi menjadi
skandal, dia sengaja menyimpan karya ini sampai pada tahun 1865. Kemudian, atas
dorongan Baudelaire, ia mengirimkannya ke Salon, bersamaan dengan judul Christ Scourged. Mengejutkan, tak dinyana,
keduanya diterima, yang terakhir relatif mendapat sedikit komentar. Lain hal, lukisan
Olympia menyebabkan kehebohan luar
biasa diantara banyak lukisan yang ada di abad ke-19.
Olympia, 1865, etsa, karya ini kemungkinan dibuat untuk
menyambut karya kanvas kontroversial yang
hendak dipamerkan.
|
Pelacur, bukan Dewi
The Venus of Urbino, karya pelukis Itali, Titian, dikerjakan tahun 1532 atau 1534, selesai 1534, tapi tak terjual sampai 1538. |
Victorine Maurent menjelma Venus, dewi cinta, yang dengan
bongak bersandar di ranjang mewah. Posenya seirama, mirip dengan karya Titian,
tepatnya Venus of Urbino (1538), di
mana Ingres dan pelukis lainnya amat mengagumi. Tapi Victorine yang ditangkap
bukanlah dewi, ia mengenakan pita dari sutra hitam di leher, gelang emas
melingkari tangannya, mengenakan bunga di rambut, sepatu hak di satu kaki dan
kucing hitam di ujung dipan. Semua tampil dengan erotis. Jelaslah dia bukanlah
dewi dengan berbagai citraannya, perempuan yang dimaksudkan adalah pelacur,
atau prostitusi kelas atas. Kebanyakan pelacur, atau selir, memilih nama-nama
Yunani seperti Olympia.
Respon publik dan kritikus ibarat gejala stroke dan menimbulkan
kemarahan. Olympia disebut sebagai
karya “tercela dan cabul”, “wajahnya bodoh dan kulitnya pucat pasi”. Pembuatnya
tak lain adalah seorang residivis, gembong amoral, lukisan dihasilkan dari kuas
pencuci piring dengan sapuan kotor. Penggambaran Victorine, dengan lekuk
tubuhnya, secara khusus menyinggung perasaan pemirsa, terlihat pula si pelayan
berkulit hitam yang membawa seikat bunga atas suruhan tuannya (Client), seekor
kucing hitam mengisyaratkan rasa penasaran dan enggan tertipu.
Theophile Gautier, yang semula memuji Manet, beralih sikap
ketika menyaksikan Olympia, baginya
menjijikan, “Olympia tidak dapat dijelaskan dari sudut pandang apa pun bahkan dilukis
sekenanya, model tak berdaya terbentang di selembar kanvas. Warna kulitnya
kotor, pemodelannya tidak ada.” Karya tak diragukan dalam bentuk datar, dengan
warna kontras, diperoleh dari studinya atas karya cetakan Jepang.
Pierre Jules Théophile Gautier was a French poet, dramatist, novelist, journalist, and art and literary critic. |
Setelah hari pertama pameran berlangsung menimbulkan
berbagai kemarahan, pihak Salon memindahkan ke posisi yang bagi mereka lebih
baik, lebih tinggi dari sebelumnya yang repot untuk dilihat, sebagai hukuman
terhadap gambar dengan sendirinya.
Baudelaire Berterus
Terang
Olympia yang tak
terlepas aspeknya dari karya oldmaster, juga berdampingan dengan karya grafis
erotis dan fotografi populer di tengah abad 19 di Perancis. Courbet juga melakukan
hal serupa di tahun 1850-an, tetapi bahasa Manet sangat berbeda dari Courbet
yang identik sisi pedesaan. Karya Manet bahkan dibuat lebih membingungkan bagi
seluruh penduduk Paris.
Si pelukis terguncang, ia meminta saran dengan menulis surat
kepada karibnya Baudelaire yang tinggal di Brussel. “Seperti ada seruan agar
saya tidak semakin terjatuh. Saya belum pernah menemukan diri saya seperti ini
sebelumnya... saya ingin mendengar komentarmu terhadap karyaku.” Baudelaire,
sekarang sedang mengidap, mengalami sakit akibat penyakit sipilis, ia menulis
kembali dan menjawab dengan pedas namun akurat. “aku harus mencoba untuk
melihat kamu – nilaimu”, “apa yang kamu tanyakan bodoh”, “mereka melecehkanmu:
ejekan mereka membuatmu jengkel. Mereka membuatmu tidak adil... Kamu pikir,
kamu orang pertama yang mengalami situasi ini? Ini kegeniusanmu dibanding –
lebih hebat dari Chateaubriand dan Wagner, mereka juga dilecehkan, tapi tak
membuatnya jatuh dan kalah. Laki-laki tersebut adalah teladan, tapi ini kali
pertama degenerasi dari karyamu. Aku harap kamu tidak memegang saranku, juga
segera menyerangku.” Dan Manet tak melakukan itu.
Baudelaire membalas surat Manet dengan jujur |
Sebuah wangsit dari Velazquez
Pada agustus 1865, Manet meninggalkan Paris menuju Madrid
untuk ‘mencari wahyu dari Velazquez’, dan juga untuk tujuan refreshing. Setiap hari dia pergi ke
Prado untuk menatap dengan takjub. Menuliskannya kepada Astruc yang sudah
kembali di rumah Paris, Manet bilang, “Sebuah perjalanan yang bermanfaat dengan
mendapati karya Velazquez, dia adalah pelukisnya pelukis... karyanya merupakan
realisasi idealku dalam lukisan; melihat masterpieces memberiku harapan dan
membekaliku kepercayaan.
Francisco Goya, Spanish, Bullfight in a Divided Ring, 1825 |
Manet juga mengagumi El Greco, lukisannya, dan menemukan
Goya, sebuah karya portrait bangsawan Alba yang agung. Adu banteng dan
kehidupan jalanan Spanyol membuatnya gembira sebelum ia kembali ke kehidupan rumah selama 10 hari
kepergiannya. Astruc keheranan mendapati kabar Manet. Perjalanan itu bagi Manet
terlihat cukup memberikannya berbagai inspirasi bagi karirnya kelak.
Portrait El Greco karya Salvador Dali |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar